Pages

Senin, 27 Februari 2012

Buah Belajar di Negeri Seberang


Barang siapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan)yang lebih baik darinya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenterm dari kejutan yang dahsyat pada hari itu. Dan barang siapa yang membawa kejahatan, maka disunkurkanlah mukanya kedalam api neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal)dengan apa yang kamu dahulu kerjakan” Q.S Al- Qasas : 89-90
Berawal dari perbincangan ilegal karena terjadi saat dosen menjelaskan mata kuliah.
“..........eh puji, aku punya temen yang kuliahnya itu di universitas islam di barat.tapi aku lupa namanya” Di, seorang teman satu jurusan yang kebetulan duduk tepat disebelahku saat kuliah berlangsung.
“Di jawa barat apa di sumatra?” tanyaku balik
“Bukan di indonesia, tapi di luar negeri..tapi aku lupa negara mana”
“Itu temen SMA?”
“Bukan..kenal lewat twitter koq. Tapi aku tertarik sama argumen-argumen yang di tulisnya. Contohnya kayak disana itu banyak juga orang berjilbab, tapi mereka juga dugem. Gak nanggung-naggung klo dugem masih dipake jilbabnya. Mereka minum alkhohol juga”
Aku mulai mendengarkan tanpa ada sanggahan.
“Trus dia itu bilang kalau alkohol (minuman keras) itu tidak haram klo diminum. Toh juga digunakan di kedokteran untuk membersihkan luka.” tambahnya
“Klo kamu sendiri sependapat ndak kalau minuman keras itu diperbolehkan untuk dikonsumsi?”
“Kalau dari aku sih, minuman keras itu ndak pa2 diminum asalkan tidak menghilangkan kesadaran alias tidak mabuk”
Aku melihat kesepakatan pendapat antara temenku dengan si X (kenalannya di twitter)
Kemudian ia melanjutkan ceritanya denga semangat, dengan sebelumnya saya berikan perumpamaan seekor bekicot karena dia memaksa meminta pendapat dariku
Aku berusaha menahan argumenku dan lebih memilih menjadi pendengar aktiv.
“trus itu juga puji, masalah anjing itu juga. Kan aku orangnya sika banget ma anjing. Tapi sama ayah tidak boleh, katanya sih nanti malaikat tidak mau masuk ke rumah”
Secara refleks aku balik bertanya. “Apa yang membuat kamu suka sama anjing?”
Oh anjing itu lucu banget..nurut sama manusia. Kayak bisa baca naluri manusia. Beda lho sama kucing yang bisanya cuma makan dan buang kotoranpun juga sembarangan.
“Ooowww....ya klo boleh saran sih dituruti aja kata ayah. Orang tua itu pastinya melakukan sesuatu untuk kebaikan anknya, jadi berusaha percaya sama ayah”kataku yang sebenarnya bukan kalimat ini yang ingin kuucapkan. Tapi lagi-lagi aku tidak boleh gegabah, seperti yang dicontohkan Rasulullah. Disaat-saat seperti ini, seorang yang seperti teman saya tadi akan lebih mendengarkan nasihatnasihat ringan dengan bentuk sharing. Bukan menggurui. Karena ketika seseorang bercerita seperti halnya diatas tadi dan langsung kita beri penjelasan seperti kalimat-kalimat ”INI HARAM, di Al-Qur’an sudah dijelaskan. INI HARAM, tidak boleh dilakukan. Soalnya uztad itu yang bilang” mustahil bahwa ia akan tertarik dan mungkin malah akan menganggap kita terlalu radikal. Saya rasa lebih banyak mendengarkan dan menyisipi nasihat-nasihat kecil maupun perumpamaan-perumpamaan akan jauh lebih efektiv untuk mengarahkan.
Perbincangan masih berlanjut “Trus puji, temenku tadi juga bilang kenapa orang islam tidak diperbolehkan memelihara anjing? kalau cuma alasannya gara-gara air liurnya yang mengandung berjuta-juta kuman dan harus dibersihkannya dengan 7 x dan salah satunya dengan air, bagi yang sanggup membersihkanya kan tidak apa-apa?”
Perbincangan ini berujung dengan kesimpulan bahwa si temen yang sedang studi di luar negeri itu menjelaskan kalau Al-Qur’an sudah tidak layak digunakan di waktu sekarang. Al-Qur’an hanya menjadi pedoman hidup di jaman Rasulullah.
Kawan, fenomena tersebut sudah tidak jarang lagi kita jumpai di masyaraat indonesia. Si teman padahal studi di Universitas Islam yang seharusnya bisa dijadikan contoh bagi orang-orang disekitarnya. Hebatnya gozwul fikri telah merubah sebuah universitass islma menjadi universitas filsafat dengan bercampurnya pemikiran-pemikiran yang bisa menggerus nilai islam yang sebenarnya. “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu”(Q.S Al-Maidah : 3). Untuk itu, merupakan visi yang sangat penting untuk membuat masyarakat indonesia tidak hanya islam secara agama saja melainkan islam secara kaffah.